Terapi Kejut
Prolog: Artikel di bawah ini ditulis sekitar 2,5 thn lalu… sekedar berbagi kembali… terkadang terapi kejut diperlukan untuk menjadi pemicu perubahan yang lebih baik… mohon maaf kalau gaya bahasanya ‘gaul’ alih alih ‘akademisi’….
Gue marah sore ini. Gimana gak marah. Sebelumnya gue harus jalan kaki sejauh 100 meter untuk menemukan tukang ojek lalu berjibaku di tengah macet selama 10 menit sampai akhirnya mendarat di parkiran kampus. Sore ini memang jadwal kasih kuliah Strategic Performance Management, namun sore ini giliran mahasiswa-mahasiswa gue yang perform di depan kelas. Iya, mereka harus presentasi group assignment tentang studi kasus sebuah bisnis yang menjalankan Balanced Score Card, yang sudah gue tugaskan dari 2 minggu lalu.
Gue pantas untuk marah. Gimana gak marah. Sebelum mahasiswa pada masuk, gue persiapkan LCD proyektor buat presentasi, menghidupkan MacBook gue untuk menilai presentasi mereka, lalu menunggu kebiasaan telat mereka selama 15 menit. Dan klimaksnya, adalah saat salah satu dari mereka menyampaikan,
“Pak, terus terang, kami semua belum tuntas mempersiapkan presentasi hari ini”….
“Owh, oke”, jawab gue menahan marah, “kalau begitu nilai presentasi kalian hari ini F semua” lanjut gue sambil menutup MacBook tanpa mematikan, langsung memasukkan ke dalam tas, dan bersiap pergi sambil menyampaikan,
“Saya kecewa dengan performance kalian semester ini…” setelah gue teringat hasil midtest mereka minggu lalu yang jauh sekali dibawah harapan gue.
Itu pun belum seberapa: ketika teringat betapa akhir-akhir ini gue harus ekstra berhemat belanja untuk bisa menabung selama 3 tahun ke depan guna persiapan biaya kuliah anak pertama gue, maka secara spontan bibir ini bergetar mengingatkan,
“Apa kalian tidak menghargai jerih payah Orang Tua kalian? Membanting tulang mencari nafkah untuk biaya kuliah, namun ternyata kalian tidak serius?!” sambil gue berjalan menuju pintu keluar ruang kuliah. Terapi sedang gue jalankan….
Terkejut dengan sikap gue yang mau pulang, mereka langsung minta izin untuk bisa presentasi apa adanya. Ok, they tried to do their best. Akhirnya gue balik ke meja dan memberikan kesempatan sekali lagi, walaupun hasil akhirnya sudah bisa ketebak: mengecewakan karena memang tidak siap.
Terkadang, terapi kejut dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang bahwa yang sekarang dilakukan sebenarnya bisa lebih baik lagi. Terapi kejut membuat hormon adrenaline tubuh terpompa, mengirimkan sinyal-sinyal listrik ke sel-sel otak lainnya, sehingga semangat yang tiarap, kreatifitas yang terpendam, kinerja yang lemah syahwat, langsung berubah 180 derajat. Menghasilkan output yang membuat dirinya sendiri terheran. Lho, ternyata bisa ya melakukannya!
Itulah yang sekarang sedang dilakukan Gubernur DKI Jakarta yang usia jabatannya masih bisa dihitung dengan jari tangan plus jari kaki. Joko Widodo — nama gubernur tersebut — banyak melakukan inspeksi mendadak di kelurahan dan kecamatan, kemudian keluar masuk kampung kumuh mengajak jajarannya sehingga mereka tidak bisa lagi melaporkan perihal yang bagus-bagus saja, selanjutnya melepaskan pisau dan pentungan dari pinggang semua anggota satuan polisi pamong praja; yang semuanya dilakukan dalam konteks terapi kejut.
Kita semua berharap bahwa semua jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa berubah 180 derajat sekaligus bisa percaya diri bahwa sejatinya Jakarta bisa berubah menjadi kota metropolitan dengan kualitas hidup yang lebih layak bagi warga, pendatang, maupun turis mancanegara.
Terapi kejut juga menyadarkan manusia bahwa selama ini Tuhan Yang Maha Kaya telah memberikan banyak kebutuhan hidup kepada manusia tanpa pernah minta bayaran. Sebuah kota metropolitan di Amerika, New York, saat ini persediaan air minum kemasan dan roti di semua toko habis diborong penduduknya. Kota ini, dan penduduknya, sedang mendapatkan terapi kejut dari Tuhan Yang Maha Perkasa dengan mengirimkan badai topan Sandy.
Menurut perhitungan ahli cuaca, sepak terjang Sandy akan berlangsung selama 3 hari. Itulah kenapa isi toko diborong habis penduduk untuk bisa bertahan hidup di dalam rumah atau gedung, selama badai topan menjalankan tugas terapi kejutnya: guna menyadari bahwa ada yang lebih kaya dan lebih perkasa daripada penduduk New York yang paling kaya dan paling perkasa sekalipun — yang sejatinya hanyalah Tuhan Yang Maha Esa.
Saat kita menghadapi sebuah terapi kejut berupa musibah, yakinlah bahwa dibalik musibah itu ada kebaikan. Dan dimana bisa mengetahui letak kebaikan dibalik musibah itu? Tidak jauh dan tidak lain terletak di hati yang terbuka dan ikhlas dalam menerimanya.
HM Ihsan Kusasi
Oct 30, 2012
*note ini didedikasikan untuk warga kota metropolitan Jakarta dan New York.
http://ihsankusasi.wordpress.com/2012/10/31/terapi-kejut/
About Ihsan Kusasi
Twitter •