Apa itu Jurnal Abal-abal, Bagaimana Mengidentifikasinya

image_print

Sumber: Nature

Jurnal abal-abal (predatory journal) adalah jurnal ilmiah dalam jaringan yang membebani biaya kepada orang yang hendak mempublikasikan artikelnya, tapi tanpa layanan yang memadai bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan, seperti layanan penelaahan sejawat atau penyuntingan.

A predatory journal is an online academic journal which charges people money to publish their article, but without the services that usually warrant the money, such as peer review or editing.

Menurut Jeffrey Beall jurnal abal-abal adalah jurnal palsu yang digunakan untuk mendapatkan uang dengan memanfaatkan model open-access. Jurnal tersebut tidak jujur dan tidak transparan dalam pengelolaannya.

Antara 2010-2017 Bealll sudah membuat daftar “Beall’s list” mengenai jurnal-jurnal yang berpotensi, berkemungkinan, atau sangat mungkin merupakan jurnal abal-abal. Namun ia telah menutup daftarnya pada Januari 2017. Meski demikian, daftar itu masih ada karena dipajang oleh aktivis yang tak dikenal. Dapat dilihat pada:
Arsip Beall’s List atau  Daftar Beall yang lain.

Kritik terhadap daftar Beall adalah subyektivitas penilaiannya. Diantara kriteria yang ia kemukakan yaitu:

  • Editor jurnal tidak teridentifikasi
  • Tidak ada lembaga atau universitas yang berkaita dengan editor, staf editor, dan/atau anggota mitra bestari (peer review).
  • Jurnal memiliki dewan redaksi yang sama dengan jurnal yang lain.

Biaya rata-rata proses publikasi atau APC (article processing charge) sekitar US$178. Jurnal ini berlokasi di India (34,7%), Asia lainnya (25,6%), dan Afrika (16,4%). Dalam kasus grup penerbit OMICS yang beralamat di Hyderabad, India, APC mulai dari $300 hingga 3.919. Penerbit ini memiliki lebih dari 700 judul. Maka pada bulan Agustus 2016 United States’ Federal Trade Commission menuduh OMICS telah melakukan penipuan akademik, namun dibantah oleh OMICS.

Untuk mengidentifikasi jurnal jenis ini dengan kategori potensial hingga tak dapat dipercaya, Sarah Wild mengemukakan panduan sebagai berikut.

1. Apakah jurnal diakui oleh para akademisi?
Dapat dicek di Clarivate Analytics, Scopus, maupun Directory of Open Access Journals (DOAJ). Namun demikian ada bias terhadap jurnal-jurnal yang baru terbit.

2. Siapa editornya?
Bila jurnal-jurnal yang dikeluarkan oleh penerbit semuanya dengan editor yang sama, maka ini masalah. Demikian juga bila tidak ada informasi tentang
riwayat akademik para editornya, keahlian dan pengetahuan padang bidangnya.

3. Siapa dewan editornya?
Pedoman untuk menilai dewan editor dikemukakan oleh Elsevier.

4. Dimana lokasi jurnal?
Untuk nampak bereputasi, kadang dikemukakan kantornya di Amerika atau Inggris, padahal sebnarnya di Pakistan atau Nigeria. Untuk itu dapat dicek di Google Maps.

5. Berapa lama proses penerbitannya?
Penilaian sejawat merupakan fondasi penerbitan ilmiah, untuk menjaga mutu. Bila prosesnya terlalu cepat, misalnya 2 minggu, harap hati-hati.

6. Berapa banyak artikel yang mereka publikasikan?
Bila jurnal tersebut memproduksi ratusan atau ribuan artikel per tahun, kualitas editing dan penilaian sejawat diragukan.

7. Jika ragu-ragu, tanya pustakawan.

Tips ini bersumber dari Beall’s pointersUniversity of Witwatersrand’s LibGuide, PlosOnethinkchecksubmit.org, dan Mouton & Valentine, 2017 .

 

Sumber:

Sarah Wild, 2017. GUIDE: How to spot predatory academic journals in the wild

You may also like...

2 Responses

  1. hermien triyowati says:

    Pengalaman saya submit pada Res Militaris, persis seperti karakteristik yang disebutkan tersebut diatas,

    apakah res militaris.net masuk juga ke kategori jurnal abal 2?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *