Behaviorisme dalam Pendidikan

 

Psikologi merupakan studi ilmiah tentang prilaku dan proses mental manusia. Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati seperti berbicara, berbagai kegiatan fisik antara lain makan, minum dan olah raga. Proses mental mencakup segala sesuatu yang terjadi dalam melakukan pemahaman berfikir, mengingat dan merasakan atau menghayati (Jamaris, 2010).

Berbagai aliran dalam psikologi seperti konstruksivisme, humanisme, kognitivisme, fungsionalisme, humanisme banyak dipergunakan dalam beberbagai pendekatan dalam seperti halnya juga dalam pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dalam rangka membimbing dan mengarahkan perkembangan anak ke arah dewasa. Dewasa, artinya bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarganya, masyarakatnya, bangsanya dan negearanya. Pendidikan berlangsung sepanganjang hayat, mulai dari lahir sampai akhir hayatnya. Hakikat pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang aman bagi perkembangan anak, karena di dalam lingkungan yang aman, anak adapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki dengan baik.

 

 

BEHAVIORISME

 

Teori-teori Behaviorisme

 

  1. Ivan Pavlov (1849 – 1936): Classical Conditioning

Ivan Pavlov merupakan psikolog asal Russia yang pertama kali meneliti perilaku mahluk hidup berdasarkan classical conditioning atau pengkondisian lingkungan secara klasik. Ia adalah pemenang Nobel pada tahun 1904.

Hasil penemuan Pavlov yaitu calssical conditioning merupakan temuan penting dalam sejarah perkembangan psikologi karena meletakan dasar-dasar behavioral psychology. Penerapan classical conditioning merupakan metode terapi dalam mengubah perilaku yang bersifat maladaptif dan mengubahnya menjadi perilaku yang adaptif.

 

  1. B. Watson (1878-1958): Behavioral Psychology

J.B. Watson merupakan Bapak behavioral psychology. Watson mengembangkan teori behaviorisme berdasarkan penelitian Pavlov dan merupakan orang yang pertama kali mengaplikasikan temuan-temuan Pavlov kepada manusia, melalui pembentukan refleks-refleks yang terbentuk dari hubungan stimulus-respon yang telah dikondisikan. Oleh karena itu ia mendefinisikan manusia tidak ubahnya seperti mesin yang dapt datur kegiatannya secara mekanik

 

  1. Edward Lee Thorndike (1874-1049)

Thorndike adalah seorang behaviorist yang memberikan sumbangan pentinf terhadap calssical conditioning terhadap proses belajar, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh hubungan antara stimulus dan responsdalam pembentukan prilaku dan konsekuensi terhadap pembentukan perilaku yang diinginkan.

 

  1. F. Skinner (1904 – 1990): Operant Conditioning

Burhus Frederic Skinner adalah seorang ahli psikologi perilaku yan teorinya adalah operant conditioning, yang dilatarbelakangi kenyataan bahwa mahluk hidup (manusia dan hewan) selalu dalam proses “operating” (melakukan sesuatu) terhadap lingkungannya. Selama melakukan sesuatu dengan lingkungannya, mahluk hidup menemukan stimulus khusus yang disebut reinforcing stimulus atau stimulus pendorong yang dapat meningkatakan operant (perilaku yang terjadi beberapa saat setelah stimulus tampil).

 

  Reinforcement

(perilaku meningkat)

Punishment

(perilaku berkurang)

Positif: menghadirkan kejadian Positive reinforcement: kejadian yang diharapkan akibat perilaku meningkat Positive Punishment: kejadian yang diharapkan akibat perilaku meningkat
Negatif: menghilangkan kejadian Negative reinforcement: menghilangkan kejadian yang diharapkan akibatnya menurunkan perilaku Negative Punishment: menghilangkan kejadian yang diharapkan akibatnya menurunkan perilaku

 

 

Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan di dalam psikologi pendidikan yang didasari keyakinan bahwa anak dapat dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang yang membentuknya. Perkembangan anak sangat ditentukan oleh faktor yang berada di luar anak itu sendiri, bukan dari faktor yang berasal dari dalam. Semua tindakan pendidikan ditentukan secara sepihak, yaitu pendidik dan anak dianggap sebagai obyek pendidikan.

Bagi para behavioris, memehami cara pandang dan perasaan oreng seperti yang dilakukan oleh strukturalis tidaklah peting karena yang penting adalah bagaimana orang dapat melakukan sesuatu secara aktual. Oleh sebab itu, para behaviaorist menekankan peneliitannya pada perilaku manusia yang nyata dalam peristiwa-peristiwa aktual. Metode penelitian psikologi yang menekankan “analytic instropection” diganti dengan metode “conditioning” yang menekankan hubungan stimulus-respon (Vasta, Heith &Miller, 19(9:11).

 

Inti dari behaviorisme (JORDAN, STACK, & CARLILE, 2009):

  • Behaviorisme berfokus pada peristiwa pembelajaran yang diamati seperti yang ditunjukkan oleh hubungan stimulus dan respon.
  • Belajar selalu melibatkan perubahan perilaku.
  • proses mental harus dikeluarkan dari studi ilmiah tentang belajar.
  • Hukum yang mengatur pembelajaran berlaku untuk semua mahluk hidup, termasuk manusia.
  • Mahluk hidup memulai hidup sebagai papan tulis kosong: tidak ada bawaan perilaku.
  • Hasil Belajar dari peristiwa eksternal di lingkungan.
  • Behaviorisme adalah teori deterministik: subjek tidak memiliki pilihan selain untuk menanggapi rangsangan yang tepat.