PORTAL UKM, MEMBUKA PELUANG AKSES INFORMASI BAGI PENGUSAHA UKM

  • Kebaya
  • 11058572_10206161820581663_4591771895501369527_n
  • 11149349_10206170528199348_1600968428633503636_n
  • 11081232_10205986197591198_5098779735476473219_n
image_print

Beberapa tahun ini informasi di sejumlah media didominasi dengan berita diberlakukannya perjanjian AFCTA yang sebenarnya sudah ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia sejak November 2002. Banyak pihak yang terkaget-kaget melihat serbuan produk China membanjiri pasar di Indonesia dari mulai pasar tradisional sampai dengan mall dan supermarket. Padahal ini bukan baru terjadi pada tahun-tahun ini saja, tetapi dengan diberlakukanya ACFTA maka produk-produk China ini pun seperti mendapat tempat yang lebih besar lagi.

Gencarnya serbuan produk-produk China ini ternyata melumpuhkan sebagian pengusaha Indonesia. Hal ini disebabkan karena nilai produk kita ternyata masih kalah bersaing dengan produk China jika pertimbangan dalam membeli produk tersebut adalah harga. Daya beli masyarakat Indonesia untuk kelas menengah ke bawah masih mengutamakan barang dengan harga yang murah. Untuk pasar yang mempunyai daya beli terbatas tersebut, harga menjadi acuan utama dalam membeli tanpa ada pilihan lain. Baru kemudian mutu dan desain sebuah produk menjadi pilihan selanjutnya.

Akan tetapi tidak selamanya ACFTA adalah mimpi buruk. Apabila dicermati lebih dalam banyak peluang yang sangat potensial tentunya bagi pengusaha Indonesia untuk bersaing dan unggul. ACFTA membuka kesempatan untuk akses pasar dan kerjasama yang lebih luas, dan meningkatkan volume perdagangan produk unggulan setiap negara, tak terkecuali Indonesia. Hal ini dapat terlihat pada acara tahunan pameran kerajinan yang dikemas dalam International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) yang pada tahun 2015 ini dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo dan berlangsung dari 8-12 April 2015 di JCC. Dari informasi yang diperoleh di Kementrian Perindustrian RI, diharapkan tahun 2020 kontribusi industri non-migas terhadap PDB telah mampu mencapai 30%, dimana kontribusi industri kecil (IK) ditambah industri menengah (IM) sama atau mendekati kontribusi industri besar (IB). Selama kurun waktu 2010 s.d 2020 industri harus tumbuh rata-rata 9,43% dengan pertumbuhan IK, IM, dan IB masing-masing minimal sebesar 10,00%, 17,47%, dan 6,34%. Pameran tahunan ini tidak hanya diikuti oleh peserta dari dalam negeri, namun beberapa negara juga terlibat dalam pameran tersebut, yang membuka kesempatan luas bagi pengusaha Indonesia untuk bekerjasama dengan para pengusaha dan buyer dari mancanegara.

Kemudahan Akses Informasi melalui Portal UKM
Kesempatan yang luas bagi para pengusaha Indonesia untuk memperkenalkan produknya perlu mendapat perhatian yang serius. Selain pameran yang digelar tahunan secara rutin, akses informasi berkaitan dengan produk dan pemasaran harusnya dapat dilakukan secara intensif kapan aja. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) melalui penetrasi akses internet yang makin luas dan memiliki wadah melalui suatu Portal yang komprehensif. Portal di dalam dunia internet dapat dianalogikan sebagai sebuah “pintu masuk” menuju “sesuatu”. Dikatakan sebagai pintu masuk karena biasanya para pelanggan atau calon pelanggan terlebih dulu harus mengunjungi situs portal tertentu terlebih dahulu sebelum menjelajahi lebih lanjut dunia maya yang sedemikian luas.

Pengusaha Indonesia yang banyak berkecimpung di usaha kecil menengah (UKM) masih perlu mendapat bimbingan dan pendampingan dalam memanfaatkan peluang-peluang baru yang tercipta dengan perkembangan TIK yang luar biasa, yang utamanya adalah untuk kemudahan akses informasi, dan memanfaatkannya sebagai media dalam menjalan usahanya atau dikenal dengan istilah e-Business.

Penetrasi jaringan internet di Indonesia semakin luas dan murah. Prospek penggunaan TIK khususnya internet mengalami tren naik. Menurut riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJI), hampir separo dari jumlah pengguna internet yaitu 43% berasal dari sektor swasta. Selain warnet yang tumbuh subur di berbagai pelosok, persaingan antar provider penyedia akses internet pun membuat harga pulsa mulai dapat dijangkau masyarakat kelas menengah ke bawah, tak terkecuali pengusaha UKM. Dari hasil survei yang pernah dilakukan Depkominfo pada tahun 2008 menunjukkan bahwa UKM memiliki peran unik dalam pengembangan e-Business karena di satu sisi merupakan suatu model untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi UKM dengan menerapkan TIK, tetapi di sisi lain UKM harus difasilitasi sepenuhnya oleh Pemerintah karena tidak memiliki skala ekonomi untuk membiayai pemakaian TIK. Hampir di semua negara di dunia penerapan e-Business oleh UKM memerlukan intervensi pemerintah agar dapat memperoleh akses internet dan aplikasi secara murah sehingga dapat melakukan akses ke pasar global. Saat ini sudah banyak individu di UKM yang memanfaatkan internet melalui dial up maupun langganan bulanan. Mereka sudah menggunakan email, website, dan berbagai media sosial untuk bertukar informasi dan melakukan kontak dengan para pembeli dan calon pembeli

Tak kenal maka tak sayang, adalah pepatah lama yang tepat dengan langkah di atas. Produk-produk unggulan dari UKM yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia saat ini belum semuanya dapat diakses dengan mudah. Akan tetapi apabila tiap UKM harus membangun TIK-nya sendiri, tentunya dirasa berat, baik dari segi pengadaan hardware, software, maupun SDM-nya. Untuk UKM yang menjadi binaan perusahaan besar hal ini tidak menjadi masalah, karena perusahaan yang membinanya memberikan bantuan untuk akses informasi dan pemasaran yang memadai. Seperti halnya yang dilakukan oleh PT. Telkom yang baru-baru ini meluncurkan portal baru yang diharapkan bisa dimanfaatkan sekitar 30.000 mitra binaan aktif usaha kecil dan menengah (UKM) di seluruh Indonesia. Portal baru ini diharapkan dapat menggairahkan pelaku UKM dalam memanfaatkan internet sebagai media promosinya, menjalin kerjasama yang lebih intens dengan para calon pembeli baik lokal, maupun international. Para mitra binaan yang aktif mengikuti berbagai pameran, dapat menjaring mitra atau rekanan bahkan calon pembeli melalui pameran tersebut dan kerjasama setelahnya dapat dilanjutkan dengan lebih mudah dengan memanfaatkan TIK yang sudah disediakan. Keterbatasan produk yang dapat di-display saat pameran berlangsung dapat diatasi dengan menampilkannya dalam portal tersebut. Sehingga melalui portal ini para mitra binaan dapat mempromosikan produknya secara mudah dan murah.

Lalu bagaimana dengan UKM yang bukan merupakan binaan suatu perusahaan besar, yang sudah menyediakan portal bagi mitra binaannya. Portal yang merupakan bantuan teknis Asian Development Bank ini dapat dijadikan solusi. Portal dengan alamat “www.info-ukm.com” itu dimaksudkan sebagai gerbang satu pintu yang menyediakan segala kepentingan informasi dunia UKM, sebagai salah satu upaya meningkatkan akses informasi kepada UKM. Diharapkan dengan adanya portal ini dapat meningkatkan nilai jual dari hasil produksi UKM baik di tingkat lokal maupun internasional. Portal ini akan menyediakan berbagai informasi, konsultasi, forum diskusi antar pengusaha kecil dan menengah. Target kedepan portal ini adalah menyediakan virtual mall, dimana semua UKM yang tergabung dalam portal ini dapat menampilkan produknya, sehingga mudah menjaring calon pembeli maupun calon investor. Karena di satu sisi lain portal ini juga menyediakan informasi satu pintu secara detail profil tiap UKM bagi para calon investor atau penanam modal baik swasta maupun perbankan. Untuk bergabung dalam portal ini UKM dibebankan biaya yang sangat murah, karena dibantu dengan iklan, banner, dan sponsor sebagai sumber pemasukan lain.

Satu lagi media untuk menjaring pasar internasional juga disediakan oleh SMESCO Indonesia Company. Menempati gedung 4 lantai di kawasan bisnis Jakarta, SMESCO Indonesia, menawarkan produk-produk eksklusif dan unggulan dari UMKM seluruh Indonesia. Tatanan galeri yang dibuat eksklusif yang menerapkan standar international dan website portal yang dibuat dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris), menunjukkan bahwa perusahaan ini dikelola secara profesional. Dibuka dan diresmikan pada tanggal 3 April 2009 oleh Menteri Negara Koperasi Usaha Kecil dan Menengah saat itu – Suryadharma Ali, galeri yang disediakan oleh website SMESCO Indonesia ini sekarang menjadi salah satu rujukan bagi buyer dan investor baik dari lokal, maupun mancanegara untuk melirik produk-produk UKM unggulan Indonesia. Kekayaan budaya dan kerajinan Indonesia yang dikemas dalam produk-produk berkualitas ini, akhirnya dapat menempatkan Indonesia sebagai salah satu produsen produk yang layak mendapat tempat di ranah internasional.

About Mardiana Sukardi
I have several middle names, including: shopping and travelling 😀

Mardiana Sukardi

I have several middle names, including: shopping and travelling :D

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *