Inovasi Pengrajin Kain Tradisional
Daerah manakah di Indonesia yang pernah Anda kunjungi?pernahkah sama-sama kita mencermati berbagai kekayaan alam dan budaya di Indonesia? Salah satu kekayaan budaya Indonesia adalah kain khas Nusantara. Perkembangan kain-kain Nusantara mulai menggeliat namun gaungnya masih belum terdengar seperti layaknya keindahan alam Indonesia yang sudah sangat dikenal Dunia. Masyarakat dunia sudah sangat mengenal Batik sebagai salah satu kain khas asli Indonesia. Selain batik, Indonesia juga memiliki kain khas lainnya yaitu tenun yang dibuat dari berbagai daerah yang ada di Indonesia.
Kain tenun juga merupakan salah satu kerajinan di Indonesia yang pelan-pelan mulai mendapat perhatian tersendiri dari penikmat seni dan masyarakat Indonesia dan dunia. Beberapa diantaranya adalah kain tenun yang berasal dari daerah Nusa Tenggara seperti kain tenun buna, songket, ikat (Nusa Tenggara Timur); Subhanalee, tereng, songket, sasambo (Sasak dan Mbojo), Rangrang (Nusa Tenggara Barat) (https://m.tempo.co. ;http://hellolombokku.com). Namun beragamnya jenis kain ternyata tidak menjadi daya tarik kuat bagi para pecinta kain tanah air, baru setelah berkembangnya dan mulai dikenalnya pariwisata dimasing-masing daerah kemudian berimbas pada mulai dikenal meluasnya kain tenun tradisional tersebut.
Lombok merupakan salah satu pulau yang menjadi bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat 4.725 km persegi. Keberadaan berbagai objek wisata di Lombok yang mulai dikenal kemudian memiliki dampak terhadap mulai dikenalnya kain tradisonal khas lombok. Secara umum penghasil kain di Pulau Lombok bersal dari tiga daerah utama yaitu Desa Sade dan Desa Sukarare (Lombok Tengah) dan Desa Pringgasela (Lombok Timur). Berdasarkan hasil penelusuran dari penulis ketiga desa ini merupakan acuan dari berbagai model dan motif kain di khas Lombok. Motif kain tersebut dari ketiga daerah tersebut hampir sama, yang membedakan hanya jumlah helaian dari masing-masing kain, dimana umumnya kain dari Desa Pringgasela memiliki tenunan yang lebih rapat.
Kain asal Lombok yang beberapa lama ini sangat dikenal adalah kain rangrang yang merupakan motif kain berbentuk segitiga dengan berbagai warna yang mencolok.
Kain diatas sempat menjadi perhatian dari masyarkat karena warna dan motifnya yang menarik, namun kemudian tidak dapat berkembang karena hasil wawancara penulis dengan salah satu kolektor dan pemerhati kain tradisional Indonesia Ibu Dr.Aviliani, kelemahan dari kain tenun Indonesia adalah kainnya yang terlalu tebal sehingga tidak dapat dijadikan sebagai pakaian yang nyaman untuk orang-orang yang tinggal di daerah tropis seperti Indonesia. Hal ini kemudian memunculkan kesempatan bagi produsen kain pabrik atau sejenisnya untuk kemudian membuat kain motif serupa namun lebih tipis. Ternyata ketika kain tersebut dilempar kepasaran justru lebih diminati oleh konsumen karena lebih sesuai untuk dibuat pakaian dan harganya lebih murah.
Kain tenun sendiri bukan hanya merupakan kain, namun merupakan simbol, kisah dimana terkandung makna dan filosopi sejarah dari masing-masing daerah asal kain tersebut. Namun jika melihat peluang yang ada, pada saat ini pelaku industri kain nusantara banyak yang belum memahami mengenai selera konsumen, dengan tetap bertahan pada pakem-pakem pembuatan kain yang sudah diwarisi dari zaman nenek moyang mereka. Sementara terkadang hal tersebut sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman yang ada sekarang ini, hal ini kemudian menyebabkan kurang diminatinya kain tersebut bahkan oleh orang Indonesia sekalipun.
#gallery-1 { margin: auto; } #gallery-1 .gallery-item { float: left; margin-top: 10px; text-align: center; width: 33%; } #gallery-1 img { border: 2px solid #cfcfcf; } #gallery-1 .gallery-caption { margin-left: 0; } /* see gallery_shortcode() in wp-includes/media.php */
Lama kelamaan kelemahan tersebut mulai dibahas dan dilakukan perbaikan oleh para pengrajin kain. Kain diatas merupakan Contoh kain kain yang dibuat dengan bahan yang lebih tipis disebut dengan kain seset. Perkembangan lainnya adalah penggunaan warna-warna natural atau warna alam sebagai bahan pewarna diharapakan menjadi salah satu inovasi untuk menarik konsumen, mengingat kembali boomingnya istilah kembali pada alam (back to nature) hal ini juga sekaligus menjadi salah satu sumber keunggulan kompetitif dari produk kain asal Lombok.
Perkembangan Sosial media juga ternyata berimbas kepada cara penjualan yang digunakan oleh para pengrajin dalam memasarkan kain tradisional mereka dengan mulai memiliki account di Facebook sebagai salah satu metode pemasaran baru bagi mereka. Dimana kefektifan dari metode sosial media masih perlu pendalaman lebih untuk melihat dampaknya terhadap penjualan kain asal Lombok.Semoga kedepan semakin banyak inovasi yang dibuat para pengrajin untuk dapat meningkatkan minat beli konsumen. Jaya terus kain Indonesia, jadilah pemenang di negara sendiri.