“The power of listening”

image_print

The power of listening

“The best feeling is listening the people you love laugh”.   Demikian berkat yang kuterima pagi ini dari Katrin Is, my sister, yang tiap hari mengirimku kata-kata bijak.   Hearing beda dengan listening. To hear tidak sama dengan to listen.

To hear, diartikan dengan kata mendengar; sedangkan to listen dibahasakan dengan mendengarkan.  Secara diksi, mendengarkan itu membutuhkan kemampuan aktif untuk melakukan kata kerja dengan memberikan perhatian penuh kepada orang atau obyek lain (mendengarkan orang bicara, mendengarkan radio, mendengarkan siaran televise).  Mendengar, dapat dilakukan sambal lalu (mendengar lagu) tanpa intensi sengaja untuk mendengar.  Contoh lain:  Lila mendengar suara mercon waktu jalan pagi di kompleks rumahnya.

Secara fisikal harafiah, manusia dikaruniai dua telinga dan satu mulut, dan dua mata.  Pasti ada peruntukkannya.  Bapakku berulang kali berpesan, untuk lebih banyak “mendengarkan”, dengan dua telinga, daripada bicara (satu mulut).  Mendengarkan membutuhkan keterampilan memposisikan orang lain “lebih penting”.   Mendengarkan dapat membuat orang lain mempunyai pesan dihargai, “di-wong-ke”, diorangkan.   Kemampuan mendengarkan dapat melatih kesabaran, yang ujungnya membuat seseorang “mengerem” keinginan-keinginan yang seringkali tak terkendali.

Maka, mengapa manusia tidak mulai mendengarkan satu sama lain? Bagaimana dengan kita?

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *