Validitas Konstruk (Construct Validity)

Messick mengemukakan konsep validitas konstruk yang terdiri dari enam item.
1. Consequential- What are the potential risks if the scores are, in actuality, invalid or inappropriately interpreted? Is the test still worthwhile given the risks?
2. Content- Do test items appear to be measuring the construct of interest?
3. Substantive- Is the theoretical foundation underlying the construct of interest sound?
4. Structural- Do the interrelationships of dimensions measured by the test correlate with the construct of interest and test scores?
5. External- Does the test have convergent, discriminant, and predictive qualities?
6. Generalizability- Does the test generalize across different groups, settings and tasks?

wikipedia
Samuel Messick, “Validity of Psychological Assessment,” American Psychologist 50, no. 9 (1995): 741–49, doi:10.1037//0003-066X.50.9.741.




TELADAN ITU PELAJARAN

Siti Hajar protes keras, kenapa suaminya IBRAHIM meninggalkan dirinya dan anaknya yang masih kecil, dipadang pasir tak bertuan, panas membakar……

Seperti jamaknya wanita, Siti Hajar hanya bisa menduga ini akibat kecemburuan Sarah istri pertama yang belum juga bisa memberikan putra……

Siti Hajar mengejar Ibrahim, sambil berteriak “ Mengapa engkau tega meninggalkan kami disini ?? Bagaimana kami bisa bertahan hidup ??

Ibrahim Khalilillah terus melangkah, merentang jarak meninggalkan keduanya, tanpa menoleh tanpa memeperlihatkan air matanya yang meleleh, terjepit antara PENGABDIAN yang maha mulia dan PEMBIARAN yang nista.

Siti Hajar sambil menggendong ISMAIL putra semata wayang masih terus mengejar, kali ini dengan setengah menjerit “APAKAH INI PERINTAH TUHANMU ????

Kali ini, Ibrahim Khalilullah berhenti melangkah, dia tidak mau “ Selingkuh” karena pengabdiannya yang larut dalam pembicaraan.

Dunia seolah berhenti berputar, butir pasir dipadang berhenti berbisik, angin tak mampu berdesir. Malaikat yang menyaksikan peristiwa itu turut terdiam menanti Ibrahim memberi jawaban.

Pertanyaan atau lebih tepatnya “gugatan” Siti Hajar membuat semua terkesiap, gugatan yang menghujam tengah menanti jawaban yang “PAS” dan “TEPAT”.

Segera Ibrahim membalikkan tubuhnya “Teguh” berdiri diatas pijakan yang mantap, penuh yakin dan tegas Ibrahim berkata “ Iya”….

Siti Hajar berhenti mengejar, dia terdiam, tidak kalah yakin dan tegarnya meluncurlah kata – kata dari bibirnya yang mengagetkan semuanya, mengagetkan Malaikat, jagat raya butir pasir dan angin “JIKALAU INI PERINTAH DARI TUHANMU, PERGILAH….., TINGGALKAN KAMI DISINI, JANGAN KHAWATIR …… TUHAN AKAN MENJAGA KAMI ……

Ibrahim pun beranjak pergi dan melanjutkan langkah kami

Dilema itu punah sudah, ini sebuah pengabdian atas nama perintah bukan sebuah pembiaran ……………

Peristiwa Siti Hajar, Ismail dan Ibrahim ini adalah “romantisme keberkahan”.

Dan ……

Itulah IKHLAS, peragaan sebesar keyakinan mutlak kepada “Saya Maha Mutlak”. Ikhlas adalah kepasrahan bukan mengalah apalagi menyerah kalah….

IKHLAS itu, engkau sanggup berlari melawan dan mengejar sanggup memilih “ patuh “ dan     “ tunduk “.

IKHLAS adalah “energi” kekuatan dalam menundukkan diri juga menaklukkan semua yang dicintai.

IKHLAS, bukan lari dari kenyataan, bukan menerima karena keterpaksaan.

IKHLAS bukan pula “rasionalisasi” tindakan apalagi “mengalkulasi” hasil akhir

IKHLAS tak pernah bisa terhitung, konon Cuma tahu “perkalian” dan “penambahan dan tidak pula pernah “menepuk dada”.

Tidak lebih…..

IKHLAS itu anak tangga pertama dan terakhir menuju “NYA” mendengar perintah “NYA” tanpa bertanya IKHLAS adalah IKHLAS ……………………..




FILOSOFI : GULA & KOPI

Kasus 1.

Jika kopi terlalu pahit, siapa yang disalahkan ?

Gula yang disalahkan karena terlalu sedikit hingga “rasa” kopi pahit.

Kasus 2.

Jika kopi terlalu manis, siapa yang disalahkan ?

Gula lagi karena terlalu banyak hingga “rasa” kopi manis.

Kasus 3.

Jika takaran kopi & gula balance siapa yang dipuji ?

Tentu semua berkata kopinya mantap.

Kemana gula yang mempunyai andil mendapat “rasa” kopi menjadi mantap.

Mari iklas seperti “gula” yang larut tak terlihat tapi sangat bermakna.

Gula pasir memberi rasa “manis” pada kopi tapi orang ,menyebutnya “kopi manis” bukan “kopi gula”….

Gula pasir memberi rasa “manis” pada teh tapi orang menyebutnya “teh manis” bukan “ teh gula”…….

Gula pada “Roti” orang menyebutnya “roti manis” bukan “roti gula”….

Orang menyebut sirup pandan, sirup apel, sirup jambu …. padahal bahan dasarnya “gula” tapi “gula” tetap iklas larut dan memberi rasa manis.

Tetapi bila berhubungan dengan sakit baru gula disebut “ Penyakit Gula”

Begitulah “HIDUP” kadang kebaikan yang kita tanam tak pernah disebut orang ….. tapi “KESALAHAN” dibesar besarkan…….

IKHLAS lah seperti GULA

LARUTLAH seperti GULA

SEMANGATLAH memberi KEBAIKAN

SEMANGATLAH menyebar KEBAIKAN

Karena “KEBAIKAN” tidak untuk “DISEBUT” tapi “DIRASAKAN”……




ENVISAGING GLOOMY FUTURE

The last of the product life cycle stages is the Decline stage, which as you might expect is often the beginning of the end for a product. When you look at the classic product life cycle curve, the Decline stage is very clearly demonstrated by the fall in both sales and profits. Despite the obvious challenges of this decline, there may still be opportunities for manufacturers to continue making a profit from their product.

Challenges of the Decline Stage

  • Market in Decline: During this final phase of the product life cycle, the market for a product will start to decline. Consumers will typically stop buying this product in favour of something newer and better, and there’s generally not much a manufacturer will be able to do to prevent this.
  • Falling Sales and Profits: As a result of the declining market, sales will start to fall, and the overall profit that is available to the manufacturers in the market will start to decrease. One way for companies to slow this fall in sales and profits is to try and increase their market share which, while challenging enough during the Maturity stage of the cycle, can be even harder when a market is in decline.
  • Product Withdrawal: Ultimately, for a lot of manufacturers it could get to a point where they are no longer making a profit from their product. As there may be no way to reverse this decline, the only option many business will have is to withdraw their product before it starts to lose them money.

Benefits of the Decline Stage

  • Cheaper Production: Even during the Decline stage, there may be opportunities for some companies to continue selling their products at a profit, if they are able to reduce their costs. By looking at alternative manufacturing options, using different techniques, or moving production to another location, a business may be able to extend the profitable life of a product.
  • Cheaper Markets: For some manufacturers, another way to continue making a profit from a product during the Decline stage may be to look to new, cheaper markets for sales. In the past, the profit potential from these markets may not have justified the investment need to enter them, but companies often see things differently when the only other alternative might be to withdraw a product altogether.

 

Product Life Cycle Management

Many products going through the Decline stage of the product life cycle will experience a shrinking market coupled with falling sales and profits. For some companies it will simply be a case of continuing to manufacture a product as long as it is economically viable, but withdrawing it as soon as that’s not the case. However, depending on the particular markets involved, some companies may be able to extend the life of their product and continue making a profit, by looking at alternative means of production and new, cheaper markets. Even in the Decline stage, a product can still be viable, and the most successful manufacturers are those that focus on effective product life cycle management, allowing them to make the most from the potential of each and every product the company launches.

http://productlifecyclestages.com/product-life-cycle-stages/decline/

 

Stage 4 of Product Life Cycle – Stage of decline

1 product, 10 competitors, minimum profits, huge amount of manpower and resources in use – A typical scenario which a product might face in its last stage. In this stage the expenditures begin to equal the profits or worse, expenses are more than profits.

Thus it becomes a typical scenario for the product to exit the market. It also becomes advantageous for the company as the company can use resources it was spending on the declining product on an altogether different project.

Characteristics of Decline stages of Product life cycle

  1. Market is saturated
  2. Sales and profits decline
  3. Company becomes cost conscious
  4. A lot of resources are blocked in rejuvenating the dead product.
  5. There are only three options left with the company:
    • Re positioning or Rebranding of the product to extend product life cycle
    • Maintain the product as it is and reduce costs to get maximum profits till the product can produce profits
    • Take the product off the market.

Summary of the product Life Cycle

Characteristics of the Product life cycle

Stages Decline
1. Sales Declining Sales
2. Costs Low cost per customer
3. Profits Declining Profit
4. Customer Laggards
5. Competitor Declining numbers.

Objectives of Product Life Cycle

Stages Decline
Objectives: Reduce expenses & cut brands

Strategies of Product life Cycle

Stages Decline
1. Product Phase out weak products
2. Price Cut price OR SOLD IN PIECE RATE
3. Distribution Selective phase out of unprofitable unit
 4. Advertising Reduce to retain hard core loyals
5. Sales

Promotion

Reduce to minimum level

 

http://www.marketing91.com/product-life-cycle/




“Pulang”

“Mbak Lin, mau ke mana?”, tanyaku tepat di jam pulang kantor, tepat jam 15.30 sore tadi.

“Pulang dong, bu, sudah capakep banget nih, seharian ngerjain laporan bkd,” jawab sahabatku yang ceria ini.

“Oke deh, ketemu besok lagi ya,” kataku, yang dibalas dengan lambaian tangannya sambil tertawa kelelahan.

Mau kemana lagi kita setelah seharian melakukan aktivitas di kampus?  Pulang ke rumah, kan.   Bahkan Doni, anak keponakan usia 2 tahun, selalu merengek-rengek minta “pulang” ke rumahnya setiap lebih dari satu jam bermain di rumah budenya.

“Pulang” menjadi kata yang mengandung makna memberikan kelegaan.  “Pulang” juga diartikan sebagai rumah, tempat mengembalikan pemulihan energi setelah terkuras di kantor.   “Pulang”, menjadi ramuan ajaib untuk mendapatkan kekuatan kembali setelah “kehabisan tenaga” kena macet di jalanan yang aduhai padatnya.     Kata pulang menjadi sebuah mantra yang memberi pemulihan, sekaligus kelegaan bagi diri seseorang.    Kata pulang  sekaligus dapat disertai dengan gambaran sebuah tempat atau rumah, di mana seseorang dapat perlindungan dari hujan, badai, panas, dan terik matahari.     Dapat dibayangkan betapa menderitanya ketika seseorang kebingungan mencari sebuah tempat untuk melepas lelah.

Dan, kata pulang itu sendiri secara harafiah juga diartikan sebagai pamungkas dari sebuah perjalanan kehidupan.    “Telah berpulang dengan damai”, begitu yang kubaca di salah satu surat kabar, ketika salah satu  tetangga meninggal karena usia senja.

Have a blessed day, teman-teman.




Berselancar di dunia maya

Kata berselancar merujuk pada sebuah aktivitas yang menggairahkan, meliuk-liuk di permukaan air. Aktivitas berselancar ini merupakan sebuah daya tarik, terutama bagi saudara-saudara kita yang berasal dari sebuah negara dengan empat musim.
Namun, sekarang ini aktivitas berselancar jamak pula dilakukan oleh setiap orang di dunia maya, dunia internet. Coba tengok kanan kiri kita. Kolega di kampus mengutamakan membuka laptop begitu nyampe di ruang kerjanya. Mahasiswa sambil menunggu aktivitas perkuliahan, sibuk memainkan jari jemarinya di gadget yang ada di genggamannya. Teman kost masih asik tertawa-tawa di kasurnya, karena chatting, padahal hari sudah larut. Randi, anak tetangga, umur 3 tahun, diam tak bersuara, karena perhatiannya terpaku pada handphone ibunya yang sedang bersih-bersih rumah.
Siapa lagi? Pak Kasman, menyempatkan menengok handphone di saat sedang mengecat dinding tetangga. Pak Badu, pedagang sayur keliling, tampak asik main game, sambil melepas lelah, sesaat setelah daganggannya terjual. Siapa tidak “berselancar”?
Handphone menjadi sarana berjalan yang sudah jamak dipakai orang-orang di sekitar kita, sehingga tampak banyak orang lebih sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, berinteraksi dengan gadgetnya. Pertanyaannya, apakah itu salah?
Tak ada yang mengatakan salah, sejauh kita bisa menggungkan fasilitas yang kita punya secara proporsional. Berselancar di dunia maya, mengasikkan. Namun, ingatlah, bagaimanapun secara alam kodrati, kita adalah makhluk sosial, sekaligus makhluk individu. Sejatinya, ada kerinduan mendasar untuk dapat berinteraksi dengan sesama. Melihat tawa Indah yang renyah, menyaksikan Tio yang bolak-balik ke kamar mandi, makan singkong rame-rame dengan teman-teman tetangga di rumah sore-sore, makan malam bersama dengan anak di rumah tanpa chatting, ngobrol santai dengan teman sekelas setelah kuliah selesai… Nah, dekat di mata dekat di hati, bukan?




Behaviorisme dalam Pendidikan

 

Psikologi merupakan studi ilmiah tentang prilaku dan proses mental manusia. Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati seperti berbicara, berbagai kegiatan fisik antara lain makan, minum dan olah raga. Proses mental mencakup segala sesuatu yang terjadi dalam melakukan pemahaman berfikir, mengingat dan merasakan atau menghayati (Jamaris, 2010).

Berbagai aliran dalam psikologi seperti konstruksivisme, humanisme, kognitivisme, fungsionalisme, humanisme banyak dipergunakan dalam beberbagai pendekatan dalam seperti halnya juga dalam pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dalam rangka membimbing dan mengarahkan perkembangan anak ke arah dewasa. Dewasa, artinya bertanggung jawab terhadap dirinya, keluarganya, masyarakatnya, bangsanya dan negearanya. Pendidikan berlangsung sepanganjang hayat, mulai dari lahir sampai akhir hayatnya. Hakikat pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang aman bagi perkembangan anak, karena di dalam lingkungan yang aman, anak adapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki dengan baik.

 

 

BEHAVIORISME

 

Teori-teori Behaviorisme

 

  1. Ivan Pavlov (1849 – 1936): Classical Conditioning

Ivan Pavlov merupakan psikolog asal Russia yang pertama kali meneliti perilaku mahluk hidup berdasarkan classical conditioning atau pengkondisian lingkungan secara klasik. Ia adalah pemenang Nobel pada tahun 1904.

Hasil penemuan Pavlov yaitu calssical conditioning merupakan temuan penting dalam sejarah perkembangan psikologi karena meletakan dasar-dasar behavioral psychology. Penerapan classical conditioning merupakan metode terapi dalam mengubah perilaku yang bersifat maladaptif dan mengubahnya menjadi perilaku yang adaptif.

 

  1. B. Watson (1878-1958): Behavioral Psychology

J.B. Watson merupakan Bapak behavioral psychology. Watson mengembangkan teori behaviorisme berdasarkan penelitian Pavlov dan merupakan orang yang pertama kali mengaplikasikan temuan-temuan Pavlov kepada manusia, melalui pembentukan refleks-refleks yang terbentuk dari hubungan stimulus-respon yang telah dikondisikan. Oleh karena itu ia mendefinisikan manusia tidak ubahnya seperti mesin yang dapt datur kegiatannya secara mekanik

 

  1. Edward Lee Thorndike (1874-1049)

Thorndike adalah seorang behaviorist yang memberikan sumbangan pentinf terhadap calssical conditioning terhadap proses belajar, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh hubungan antara stimulus dan responsdalam pembentukan prilaku dan konsekuensi terhadap pembentukan perilaku yang diinginkan.

 

  1. F. Skinner (1904 – 1990): Operant Conditioning

Burhus Frederic Skinner adalah seorang ahli psikologi perilaku yan teorinya adalah operant conditioning, yang dilatarbelakangi kenyataan bahwa mahluk hidup (manusia dan hewan) selalu dalam proses “operating” (melakukan sesuatu) terhadap lingkungannya. Selama melakukan sesuatu dengan lingkungannya, mahluk hidup menemukan stimulus khusus yang disebut reinforcing stimulus atau stimulus pendorong yang dapat meningkatakan operant (perilaku yang terjadi beberapa saat setelah stimulus tampil).

 

  Reinforcement

(perilaku meningkat)

Punishment

(perilaku berkurang)

Positif: menghadirkan kejadian Positive reinforcement: kejadian yang diharapkan akibat perilaku meningkat Positive Punishment: kejadian yang diharapkan akibat perilaku meningkat
Negatif: menghilangkan kejadian Negative reinforcement: menghilangkan kejadian yang diharapkan akibatnya menurunkan perilaku Negative Punishment: menghilangkan kejadian yang diharapkan akibatnya menurunkan perilaku

 

 

Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan di dalam psikologi pendidikan yang didasari keyakinan bahwa anak dapat dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang yang membentuknya. Perkembangan anak sangat ditentukan oleh faktor yang berada di luar anak itu sendiri, bukan dari faktor yang berasal dari dalam. Semua tindakan pendidikan ditentukan secara sepihak, yaitu pendidik dan anak dianggap sebagai obyek pendidikan.

Bagi para behavioris, memehami cara pandang dan perasaan oreng seperti yang dilakukan oleh strukturalis tidaklah peting karena yang penting adalah bagaimana orang dapat melakukan sesuatu secara aktual. Oleh sebab itu, para behaviaorist menekankan peneliitannya pada perilaku manusia yang nyata dalam peristiwa-peristiwa aktual. Metode penelitian psikologi yang menekankan “analytic instropection” diganti dengan metode “conditioning” yang menekankan hubungan stimulus-respon (Vasta, Heith &Miller, 19(9:11).

 

Inti dari behaviorisme (JORDAN, STACK, & CARLILE, 2009):

  • Behaviorisme berfokus pada peristiwa pembelajaran yang diamati seperti yang ditunjukkan oleh hubungan stimulus dan respon.
  • Belajar selalu melibatkan perubahan perilaku.
  • proses mental harus dikeluarkan dari studi ilmiah tentang belajar.
  • Hukum yang mengatur pembelajaran berlaku untuk semua mahluk hidup, termasuk manusia.
  • Mahluk hidup memulai hidup sebagai papan tulis kosong: tidak ada bawaan perilaku.
  • Hasil Belajar dari peristiwa eksternal di lingkungan.
  • Behaviorisme adalah teori deterministik: subjek tidak memiliki pilihan selain untuk menanggapi rangsangan yang tepat.

 




Negara dengan Jumlah Doktor Terbanyak

Pendidikan merupakan kunci dari pertumbuhan ekonomi. Banyak negara melakukan investasi pada sistem pendidikan tinggi dalam rangka menghasilkan gelar doktor.
Menurut OECD negara-negara yang banyak memiliki doktor adalah sebagai berikut.


Referensi
World Economic Forum. 2017. These countries have the most doctoral graduates




Research paper or Books….

If anyone needs Research paper or Books…

Please search the following websites :

1) http://gen.lib.rus.ec
2) http://sci-hub.org
3) http://sci-hub.cc
4) http://sci-hub.bz
4) http://search.crossref.org
5) http://booksc.org/
6) http://libgen.io/
7) http://gen.lib.rus.ec/scimag/
8) http://airccj.org/csecfp/library/index.php

For text books , these are the links :

1) http://libgen.org/
2)http://gen.lib.rus.ec/
3) http://en.bookfi.org/
4) http://lib.freescienceengineering.org/
5) http://bookza.org/
6) http://bookzz.org/

Free Download Fulltext Articles From Journals and Ebooks……

Untuk yang open akses, terdapat beberapa pilihan yang bagus :

1. Directory of Open Access scholarly Resources (ROAD)
http://www.kopertis12.or.id/…/directory-of-open-access-scho…
Terdapat 13.745 open access resources dari 150 Negara siap diunduh, terdiri dari: 13.062 journal diantaranya 2.625 yang terindex Scopus 240 Academic Repositoriies 202 Monographic Series 126 Conference Proceeding 103 Scolarly Blogs.

2. Indonesia OneSearch by The National Library of Indonesia, 2016
http://www.kopertis12.or.id/…/indonesia-onesearch-by-the-na…
Terhimpun Journal dan ebook dari berbagai institusi dalam dan luar negeri.
Terdapat 2.734 Journal reputasi berbagai bidang ilmu, sebanyak 21.473.752 artikel jurnal full text avaiable SIAP DIUNDUH, tanpa perlu login.

3. Journals with Open Access options
http://journalfinder.elsevier.com
Dengan mengisi kata kunci title dan abstrak dan conteng kotak Filter : Limit to journals with Open Access options.

4. OAJ terindex Scopus yang dikelola Elsevier/Sciencedirect
http://www.sciencedirect.com/sci…/journals/…/all-open-access
Kelihatannya terdapat 2.282 jurnal, namun hanya Edisi tertentu dari jurnal tsb yg free.

5. OMICS Open Access Journals
http://www.omicsonline.org/open-access-journals-list.php
OMICS Internasional is current managing 700 + Open Access Journals in field of Clinical, Medical, Life Science, Pharma, Environmental, …

6. IEEE Xplore Digital Library
http://ieeexplore.ieee.org/Xplore/home.jsp

7. Browse Journals-Wiley Open Access
http://www.wileyopenaccess.com/view/journals.html

8. Directory of Open Access Journals
https://doaj.org

9. Open Access Journals Search Engine (OAJSE)
http://www.oajse.com

10. BookSC
The world’s largest scientific articles store. 50,000,000+ articles for free.
http://booksc.org/

11. Portal e-journal langganan Kemristekdikti
ProQuest: http://search.proquest.com
Cengage: http://infotrac.galegroup.com/itweb
– Untuk Pencarian Terpadu: http://ristekdikti.summon.serialssolutions.com
Untuk peroleh username dan password ikuti ini:
http://simlitabmas.dikti.go.id/ejournal/Default.aspx

 

Sumber : NN




Raja Salman

Siapa tak kenal Raja Salman?
Satu minggu terakhir ini, Raja Salman mendadak menjadi populer, Setiap orang yang saya jumpai di rumah, di kampus, di warung, semuanya kenal nama Raja Salman. Selidik punya selidik, dari hasil penyelidikan singkat terhadap keterkenalan Raja Salman, maka penulis mendapatkan gambaran bahwa Raja Salman dikenal oleh orang-orang di Jakarta dan di Indonesia, tentunya, karena publikasi luas yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam menyambut kedatangan beliau.
Publikasi tersebut “mengimbangi” besarnya jumlah anggota rombongan yang datang bersama Raja. Ada 1500 orang dalam rombongan, 15 Menteri, dan 25 Pangeran.
Ya, jumlah yang besar.

Selain jumlah yang besar, keterkenalan Raja Salman tersebut, dikarenakan atribut yang melekat pada Sang Pimpinan Rombongan. Beliau adalah seorang Raja, pimpinan dari sebuah negara berdaulat yang mempunyai kekayaan sebagai wujud kemandiirian ekonomi yang kuat. Kekuatan ekonomi merupakan salah satu faktor penyangga keberlangsungan sebuah negara.

Yang berikutnya, ternyata dari pantauan sebagai warga negara yang mendapat kunjungan kenegaraan, Raja memancarkan keelokan kepribadian yang memukau.
Cara beliau menyalami Presiden Republik Indonesia dan beberapa menteri yang menyambutnya, tutur kata beliau saat berkomunikasi dengan beberapa pejabat negara, gestur tubuh saat berinteraksi dengan beberapa Indonesia, menunjukkan bahwa Raja memberikan perhatian terbuka, termasuk saat Raja “menyapa” rakyat Indonesia dalam vlog yang dilakukan oleh Presiden RI saat makan siang.

Bagi saya, gerak-gerik dan perilaku Raja Salman dalam menghadapi orang-orang di sekitarnya, sungguh menyentuh. Gerak-gerik dan perilaku ini adalah bagian dari gestur tubuh yang memperkuat communication skill, menjadikan interpersonal skill mempunyai nilai atau menambah art.

Kalo seorang raja mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang mempesona, mengapa kita tidak?