Penelitian Ilmiah (Lynch, 2013)

Menurut Lynch scientific research (penelitian ilmiah) adalah proses
(1) developing an empirically answerable question,
(2) deriving a falsifiable hypothesis derived from a theory that purports to answer the question,
(3) collecting (or finding) and analyzing empirical data to test the hypothesis,
(4) rejecting or failing to reject the hypothesis, and
(5) relating the results of the analyses back to the theory from which the question was drawn.

Berdasarkan definisi tersebut maka yang tidak termasuk riset adalah:

  1. Kajian pustaka bukan merupakan riset
  2. Keterkaitan antar teori atau perspektif tanpa data empiris bukanlah riset.
  3. Pengumpulan dan analisis data tanpa landasan teori (misalnya, tanpa pertanyaan riset) kemudian tanpa ada penjelasan, bukanlah riset.


Apa yang dimaksud dengan

  • perspektif
  • teori
  • pertanyaan riset
  • hipotesis

 

Lynch, Scott M. Chapter 2  Overview of the Research Process. in “Using statistics in social research: A concise approach.” Springer Science & Business Media, 2013.




Exchange Rate and Trade Dynamics in Indonesia: Connecting The Dots

Sharing materi “19th BI Institute Open Lecture Series: Exchange Rate and Trade Dynamics in Indonesia: Connecting The Dots”.

Semoga bermanfaat,
Salam.




BAURAN KEBIJAKAN BANK SENTRAL: PARADIGMA KEBIJAKAN BANK SENTRAL PASCA KRISIS

https://dosen.perbanas.id/wp-content/uploads/2019/05/BAURAN_KEBIJAKAN_BANK_SENTRAL-min.pdf




Mencari Jurnal Terindeks dan Konferensi

ALL IN ONE (LINK INDEX JOURNAL)

No automatic alt text available.

 

Philippe Fournier-VigerHarbin & Institute of Technology (Shenzhen)




Jenis-jenis Variabel

Sila klik




Pendekatan dalam Riset Bisnis

Research process started from interesting thought about the world around us.
There are some assumptions:
– How do we see the world?
– What kind of sort do we have to investigate?
– Can we collect evidence?
– How do we collect evidence?
– Is the evidence is different between you and me if we see the same thing?
Always remember that our thoughts and ideas don’t start from a blank sheet, they start from minds which already have certain beliefs and ideas.

Gibbon, 1994:
1. Knowledge created by academic
2. Knowledge created by researcher for practical purposes
3. Huff & Huff (2001): Knowledge produced by research to understand bigger picture in relation to society

Epistemology
What kind of knowledge is acceptable in a field of study and will drive research approaches.
1. Positivist position
2. Interpretivist position

Ontology
Epistemology focuses on the feature of knowledge, ontology looks deeper at the way researchers understand the world.
Ontology asks us to identify the assumptions we have about the world we are researching.
1. Objectivist view
2. Subjectivist view

Sue Greener, https://www.youtube.com/watch?v=e99BEYU7148




Common biases Dalam Penelitian

Common
biases

  1. Ketersediaan
    Heuristik (Biases Emanating from the
    Availability Heuristic)

Heuristik
adalah seni dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan suatu penemuan.
Heuristik yang berkaitan dengan pemecahan masalah adalah cara menujukan pemikiran
seseorang dalam melakukan proses pemecahan sampai masalah tersebut berhasil
dipecahkan.

Individu
menilai frekuensi, probabilitas, atau kemungkinan penyebab kejadian berdasarkan
tingkat kejadian atau kejadiannya yang tersedia di memori. Suatu peristiwa yang
membangkitkan emosi dan hidup, mudah dibayangkan, dan spesifik akan lebih mudah
“tersedia” dalam ingatan. Akankah sebuah peristiwa yang bersifat
tidak emosional, hambar, sulit dibayangkan, atau terlalu banyak. Sejak kejadian
sering terjadi umumnya lebih mudah terungkap dalam diri kita, heuristik ini
sering mengarah pada penilaian yang akurat. Namun, karena ketersediaan
informasi juga dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terkait dengan frekuensi
obyektif dari kejadian yang dihakimi, heuristik ini keliru.

  • Bias
    1 : Kemudahan recall

Individu
menilai kejadian yang lebih sering diingat dari ingatan, berdasarkan pada
keadaan hidup atau tingkat keparahan, menjadi lebih banyak daripada frekuensi
yang sama yang keadaannya kurang mudah diingat.

Misalnya :

  1. Pikirkan kebanyakan orang meninggal
    karena perang dan kelaparan daripada penyakit jantung;
  2. Membeli asuransi untuk bencana alam yang
    baru saja Anda alami.
  • Bias
    2 : pengambilan kembali (Retrievability)

Individu
bias dalam menilai frekuensi kejadian berdasarkan struktur ingatan mereka yang
mempengaruhi proses pencarian.

Misalnya :

  1. Kata-kata yang dimulai dengan huruf
    “a” yaitu Aset atau “a” sebagai huruf ke-3 yaitu Bank
  2. SPBU (di tempat yang sama): orang-orang
    ingat satu lokasi produk dan mengatur pikiran mereka sesuai dengan itu.
  • Bias
    3 : Asosiasi yang diasumsikan (Intensitivitas terhadap Ukuran Dasar =
    prevalensi atas keseluruhan)

Individu
cenderung melebih-lebihkan probabilitas dua peristiwa yang terjadi bersamaan
berdasarkan jumlah asosiasi serupa yang mudah diingat, baik dari pengalaman
atau pengalaman sosial.

Misalnya :

  1. Orang bisnis berfantasi tentang
    kesuksesan dan tidak memperhitungkan penilaian kegagalan
  2.  Universitas lebih memilih siswa dengan nilai
    tinggi, bahkan jika itu karena sistem penilaiannya lunak
  3. Orang-orang menghukum perilaku orang
    lain yang mengarah pada hal yang buruk bahkan jika hasil buruk tersebut membawa
    suatu perubahan. (Earning Management)
  • Keterwakilan
    Heuristik (Biases Emanating from the
    Representativeness Heuristic)

Individu
menilai kemungkinan terjadinya fenomena dengan kemiripan kejadian dengan
stereotip mereka pada kejadian serupa. Dalam banyak kasus, representativeness
heuristic adalah pendekatan yang baik. Namun, hal itu dapat menyebabkan
keputusan yang buruk dalam kasus bahwa informasi tidak memadai dan informasi
yang lebih baik ada (Anda tidak bisa menilai buku dari sampulnya.)

Ketidakpekaan
terhadap tingkat dasar Individu cenderung mengabaikan tingkat dasar dalam
menilai kemungkinan kejadian bila ada informasi deskriptif lain yang diberikan
walaupun tidak relevan.

  • Bias
    4 : Ketidakpekaan terhadap ukuran sampel

Individu
sering gagal untuk menghargai ukuran sampel dalam menilai kemampuan referensi
dari informasi sampel.

Misalnya :

Kesalahan yang disebabkan oleh salah
spesifikasi populasi juga umum terjadi dalam survei pemilihan konsumen, dengan
contoh umumnya hanya terdiri dari para ibu rumah tangga tidak menyertakan kaum
laki-laki, wanita yang bekerja dan mahasiswa karena keadaan mereka yang relatif
tidak memungkinkan terjangkau.

  • Bias
    5 : Kesalahpahaman tentang Peluang

Individu
mengharapkan bahwa urutan data umum oleh proses acak akan terlihat
“acak,” bahkan jika urutannya terlalu singkat untuk harapan tersebut
secara statistik tidak valid.

Misalnya :

Jika Anda memiliki 5 anak
laki-laki, kemungkinan anak laki-laki ke 6 adalah 50%. Orang menginginkan
berpeluang terlihat acak (THTHT bukan TTTHHH).

  • Bias
    6 : Regresi ke rata-rata

Individu
cenderung mengabaikan fakta bahwa kejadian luar biasa cenderung mengalami
kemunduran pada uji coba rata-rata.

Misalnya :

Jika tahun ke-1 terjadi
Keberhasilan, lalu tahun ke 2 Anda mengalami Kegagalan, Anda akan terasa
seperti tahun ‘buruk’. Terkadang kita mengharapkan terjadinya Keberhasilan, tapi
sering kali tidak.

  • Bias
    7 : Kesalahan konjungsi

Individu
secara salah menilai bahwa konjungsi (dua peristiwa terjadi bersamaan) lebih
mungkin terjadi daripada serangkaian kejadian yang lebih global dimana
konjungsinya adalah subset

Misalnya :

Seseorang berfikir saat menjadi
bankir dan feminis tidak pernah lebih mungkin daripada penilaian yang lebih
besar dari pada mengarah ke teller bank.

  • Konfirmasi
    heuristik (Biases Emanating from the
    Confirmation Heuristic
    )

Individu
melakukan penilaian dengan memulai dari nilai awal dan menyesuaikannya untuk
menghasilkan keputusan akhir. Nilai awal mungkin disarankan dari preseden
historis, dari cara mempresentasikan masalahnya, atau dari informasi acak.

  • Bias  8 : Perangkap konfirmasi

Individu
cenderung mencari konfirmasi informasi untuk apa yang mereka anggap benar dan
mengabaikan pencarian untuk bukti yang tidak dapat dikonfirmasi.

Misalnya :

  1. Ingatan kita yang dirancang untuk
    mengambil informasi dari ingatan tersebut. Jadi info yang sesuai dengan
    hipotesis mudah diakses.
  2. Selektif Waktu dan Usaha

Jadi
cari dulu info yang paling mungkin berhasil / berguna. Saat mencari informasi,
Anda memulai dengan mencari info yang mengonfirmasi pemikiran Anda (Rekomendasi
karyawan baru).

  • Bias
    9 : Penyesuaian jangkar tidak mencukupi (Anchoring and Adjustment)

Individu
membuat perkiraan untuk nilai berdasarkan nilai awal dan biasanya membuat
penyesuaian yang tidak memadai dari “jangkar” ini saat menetapkan
nilai akhir.

Misalnya :

  1. Mengembangkan perkiraan dengan memulai
    dengan menjangkarkan awal berdasarkan informasi apa saja yang disediakan (Budgeting)
  2. Pertama mencari informasi yang sesuai
    dengan jangkar daripada tidak sesuai dengan jangkar (Estimasi Penyusutan)
  • Bias
    10 : Peristiwa konjungtif dan disjungtif

Individu
menunjukkan bias terhadap perkiraan probabilitas kejadian konduktif dan
meremehkan probabilitas kejadian disjungtif.

Misalnya:

Mengambil kelereng merah dari tas
yang berisi kelereng warna warni, apa peluangnya?

  1. Melebih-lebihkan peristiwa konjungtif
    (yang terjadi bersamaan, semua kejadian perlu terjadi)
  2. Meremehkan kejadian disjungtif (yang
    terjadi secara independen, salah satu dari banyak peristiwa harus terjadi)
  • Biases
    Generally

Bias
11 :

  • Terlalu
    percaya diri

Individu cenderung terlalu percaya
diri akan kemungkinan penilaian mereka bila sering-sering menanggapi pertanyaan
yang sangat sulit.

  • Pandangan
    dan kutukan pengetahuan

Setelah
mengetahui apakah suatu peristiwa terjadi atau tidak, individu cenderung
terlalu tinggi menilai sejauh mana mereka telah menentukan hasil yang benar.




Materi Metode Kuantitatif/Operations Research

Bagi mereka yang sedang BELAJAR (tertarik secara sukarela atau terpaksa harus memenuhi SKS) metode kuantitatif (operations research, etc) yang terkait dengan topik-topik berikut TETAPI mengalami kesulitan memahami dari buku-buku teks, maka silakan download modul ringkas dan mudah tentang operations research (hanya 109 halaman) berikut.
164.100.133.129:81/econtent/uploads/operations_research.pdf
Pengalaman saya belajar metode-metode kuantitatif adalah “ketakutan mental (nyali ciut, dll) yang langsung memvonis diri kita TIDAK AKAN BISA/MAMPU”. Itu mindset yang SALAH sehingga membuat kita bermasalah terus-menerus ketika belajar metode kuantitatif.
Berusaha mencari sumber-sumber yang mudah dipelajari atau langsung berguru kepada ahlinya yang MUDAH menjelaskan dan memotivasi kita adalah jalan keluar terbaik untuk mengalahkan “ketakutan mental” itu.

Lesson 1 Introduction To Operation Research 1
Lesson 2 Models In Operations Research 3
Lesson 3 Introduction To Linear Programming 8
Lesson 4 L P Graphical Solution 10
Lesson 5 L P Simplex Method 14
Lesson 6 Simplex Method: Artificial Variable Techniques 20
Lesson 7 Sensitivity Analysis Using The Dual Simplex Method 23
Lesson 8 Group Discussion On The Topics Covered Till Date 26
Lesson 9 Transportation Problem 27
Lesson 10 Transportation Problem (Contd..) 29
Lesson 11 Degeneracy 32
Lesson 12 Assignment Problem 36
Lesson 13 Variations In The Assignment Problem 40
Lesson 14 Group Discussion/Quiz On Unit 2 Portions 43
Lesson 15 Sequencing Introduction 44
Lesson 16 Sequencing Introduction (Contd…) 46
Lesson 17 Replacement 54
Lesson 18 Replacement (Contd…) 57
Lesson 19 Queuing Theory 61
Lesson 20 Applicability Of Queueing Model To 66 Inventory Problems
Lesson 21 Group Discussion/Quiz On Unit 3 Portions 69
Lesson 22 Game Theory 70
Lesson 23 Game Theory Graphical Method 77
Lesson 24 Game Theory 80
Lesson 25 Group Discussion/Quiz On Unit 4 Portions 84
Lesson 26 Inventory Control 85
Lesson 27 Economic Ordering Quantity (Eoq) 88
Lesson 28 Economic Production Quantity And Economic 91 Order Interval
Lesson 29 Network Analysis-cpm 95
Lesson 30 Network Analysis-pert 98
Lesson 31 Group Discussion/Quiz On Unit 5 Portions 103
164.100.133.129:81/econtent/uploads/operations_research.pdf

Modul ringkas di atas HANYA digunakan sebagai PENGANTAR BELAJAR dari buku teks sesungguhnya yang menjadi referensi dalam pembelajaran mata kuliah operations research.

Sebagai misal di bagian akhir modul pengantar belajar di atas diberikan buku referensi klasik tentang Operations Research oleh Hamdi Taha.

Model pembelajaran metode-metode kuantitatif (Statistics, Mathematics, Operations Research, etc) dengan menyediakan terlebih dahulu Modul Pengantar Belajar yang RINGKAS dan MUDAH, setelah itu baru belajar berkelompok dan berdiskusi menggunakan buku-buku referensi yang pada umumnya sulit itu DAPAT ditiru dan dijadikan sebagai model yang sama di pendidikan (perguruan) tinggi Indonesia.

Silakan download buku Operations Research (Hamdi Taha, 8th Ed., 838 halaman) di sini:
www.m5zn.com/newuploads/2013/09/04/pdf/4dbf645d11b4d2f.pdf

Silakan tiru cara atau model perguruan tinggi di India mentransfer IPTEK kepada generasi muda (mahasiswa/i) mereka, yaitu: membuat Modul-modul Pengantar Belajar yang RINGKAS dan MUDAH, setelah itu baru mengajak mahasiswa/i berkelompok dan berdiskusi menggunakan buku-buku teks yang menjadi referensi.

JANGAN langsung memberikan buku-buku teks yang SULIT, apalagi JANGAN PERNAH menggunakan strategi dari dosen-dosen yang BUKAN ahli, yaitu: langsung menciptakan suasana KETAKUTAN dalam pembelajaran kepada mahasiswa/i agar TIDAK BERANI bertanya atau berdiskusi karena TAKUT tidak LULUS. Padahal itu sesungguhnya adalah STRATEGI dari pengajar yang TIDAK AHLI saja.

Bagaimana mungkin akan terjadi pembelajaran yang EFEKTIF pada suasana kelas yang penuh “KETAKUTAN”?

Silakan download materi pembelajaran operations research yang serupa di sini:
https://nandeeshreddy.files.wordpress.com/2014/04/cse-vi-operations-research-10cs661-notes.pdf

Mahasiswa yang cerdas dan melek informasi akan mencari solution manual dari buku-buku teks yang dipelajarinya. Khusus untuk Operations Research (Hamdi Taha, 8th Ed, 838 halaman) telah ada solution manual dan bisa download secara GRATIS dari penerbit, di sini:
(function() { var scribd = document.createElement("script"); scribd.type = "text/javascript"; scribd.async = true; scribd.src = "https://www.scribd.com/javascripts/embed_code/inject.js"; var s = document.getElementsByTagName("script")[0]; s.parentNode.insertBefore(scribd, s); })()

 

Salam SUCCESS.

Vincent Gaspersz




Bagaimana Meningkatkan Kapasitas Modal Manusia

Modal manusia (human capital) terdiri dari keterampilan, pengetahuan dan kemampuan individu yang relevan dengan pekerjaannya. Hubungan antar berbagai sumber daya (manusia, informasi, fisik, dan keuangan) dapat ditunjukkan dengan gambar berikut.

                                                        Leveraging Human Capital

McGee, J., & Channon, D. F. (2005). The Blackwell Encyclopedia of Management: Strategic Management. Blackwell.




Managerial Economics: Ilmu “Sapu Jagad”

Managerial Economics:

Ilmu “Sapu Jagad” agar Berkompetensi dalam Pembuatan Keputusan Ekonomi dan Manajemen

Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma Master Black Belt & Certified Management System Lead Specialist

Banyak lulusan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Teknologi Industri (Teknik dan Manajemen Industri), maupun Program Pascasarjana Magister Manajemen (MM) atau Magister Teknik Industri (MT) yang seperti “kebingungan” ketika memasuki dunia PRAKTEK, seperti TIDAK TAHU apa-apa dalam membuat keputusan-keputusan manajerial yang berkaitan dengan bisnis, industri, ekonomi pembangunan, dll. Ketika disajikan data ekonomi dan bisnis, mereka seperti tidak memiliki “ilmu” apa-apa, padahal semua ilmu ekonomi (mikro dan makro), statistika, manajemen produksi, finance, accounting, marketing, decision making, dll telah dipelajari ketika mereka kuliah di perguruan tinggi.

FAKTA di atas menunjukkan bahwa meskipun kita telah belajar banyak mata kuliah TETAPI apabila pola berpikir kita ketika belajar setiap mata kuliah itu dilakukan secara PARSIAL (tidak terintegrasi dalam pola pikir SISTEM), maka tidak ada manfaat apa-apa dalam PRAKTEK di dunia nyata.

Lulusan pendidikan tinggi di atas, jika bingung ketika akan membuat keputusan-keputusan manajerial, maka saya meyakini “HAMPIR PASTI” mereka tidak pernah belajar Managerial Economics (Ekonomi Manajerial) dan/atau TIDAK MEMAHAMI secara benar serta TIDAK BERKOMPETENSI untuk mempraktekan Mangerial Economics (Ekonomi Manajerial) dalam dunia nyata untuk berbagai pembuatan keputusan ekonomi dan manajemen apa saja!

Jika demikian, apa itu Managerial Economics (Ekonomi Manajerial) yang sesungguhnya? Ekonomi Manajerial (Managerial Economics) bertujuan memberikan suatu kerangka kerja untuk menganalisis keputusan-keputusan manajerial. Paling sedikit Managerial Economics mengintegrasikan sekaligus sembilan mata kuliah inti di perguruan tinggi menjadi satu sistem pembuatan keputusan terintegrasi dalam bidang ekonomi dan manajemen (apa saja). Ke-9 mata kuliah inti itu adalah:
1. Ekonomi Makro (Macroeconomics)
2. Ekonomi Mikro (Microeconomics)
3. Matematika (Mathematics)
4. Statistika (Statistics)
5. Solusi Masalah & Pembuatan Keputusan (Problem Solving & Decision Making)
6. Manajemen Produksi dan Operasi (Production and Operations Management)
7. Manajemen Keuangan (Financial Management)
8. Manajemen Akuntansi dan Biaya (Accounting & Cost Management)
9. Manajemen Pemasaran (Marketing Management)


Daripada belajar ilmu-ilmu pengetahuan secara parsial yang TIDAK bermanfaat dalam dunia nyata (PRAKTEK), mengapa kita tidak mendesain saja kurikulum khusus untuk memperbanyak ilmu pengetahuan terintegrasi dalam sistem seperti: Ilmu “Sapu Jagad” Managerial Economics (Ekonomi Manajerial) yang bila perlu diberikan dalam bentuk: Pengantar Ekonomi Manajerial, Ekonomi Manajerial 1, Ekonomi Manajerial 2, Ekonomi Manajerial 3, Kapita Selekta Kasus-kasus Ekonomi Manajerial, dll.

Dengan demikian seorang lulusan perguruan tinggi dalam bidang Ekonomi, Manajemen, Teknik dan Manajemen Industri, akan berkompetensi menjadi manajer, karena tugas utama manajer adalah membuat keputusan yang mampu meningkatkan kinerja dari organisasi.

Pembelajaran Managerial Economics (Ekonomi Manajerial) sampai TUNTAS, apalagi ditambah metode pembelajaran modern: Problem-based Learning, akan menghasilkan lulusan S1 maupun S2 yang RUUUUAAARRR BIASA karena mampu berkompetisi secara global. Manajer di era informasi sekarang ini dituntut untuk MAMPU membuat keputusan yang EFEKTIF melalui “think through the problem” and “speak with data”!

Penggabungan 9 mata kuliah dalam sistem terintegrasi BUKAN parsial. Jika pengelola jurusan/fakultas ekonomi/manajemen/teknik industri adalah orang-orang yang memahami kebutuhan dunia nyata, maka mata kuliah managerial economics diberikan pada semester setelah 9 mata kuliah itu diberikan. Jika lebih cerdas lagi, maka 9 dosen mata kuliah akan dikumpulkan untuk pelatihan ekonomi manajerial, kemudian silabus setiap mata kuliah parsial dari 9 mata kuliah itu dirombak secara total agar semua bermuara pada pembentukan KOMPETENSI dalam managerial economics. Dengan demikian jangan ada lagi dosen matematika/statistika/teori ekonomi mikro/teori ekonomi makro/dst yang mengajar matematika/statistika/teori ekonomi mikro/teori ekonomi makro/dst TETAPI tidak berkaitan dengan managerial economics problems/issues. Demikian pula dosen-dosen mata kuliah yang lain tidak mengajar hal-hal yang tidak berkaitan dengan managerial economics problems/issues.

Jika lebih lebih cerdas lagi (cerdas kuadrat), maka semua mata kuliah dibuatkan modul pembelajaran ditambah case studies yang sesuai dengan penerapan baik pada kasus lokal (daerah) atau kasus nasional. Jika lebih lebih lebih cerdas lagi (cerdas kubik-pangkat tiga), maka metode pembelajaran berbasiskan Managerial Problem-based Learning melalui pembentukan kelompok-kelompok mahasiswa berukuran 4-5 orang untuk mendiskusikan kasus-kasus tentang managerial economics problems/issues. Jika lebih lebih lebih lebih cerdas lagi (cerdas pangkat empat), maka penulisan skripsi/tesis menggunakan studi kasus dalam managerial economics problems/issues. Hal itu baru rrruaaar biasa (lebih dari luar biasa). Tks.

Salam SUCCESS.

Vincent Gaspersz